MAKALAH
Pengaruh
Kelas Sosial dan Kelompok Sosial
Terhadap
Perilaku Konsumen
Di
Susun Oleh:
·
Muhammad
Nurlana (30214111065)
·
Pauziah (3021411078)
·
Peni
Rozalini (3021411080)
·
Reinilasari (3021411088)
·
Rizki
Budianto (3021411094)
5 MN 3
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
BANGKA BELITUNG
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena
berkat hidayah dan taufiqnya kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul PERILAKU KONSUMEN. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah “Perilaku Konsumen ”, makalah ini yang diharapakan bisa menambah
wawasan dan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Kami mengucapkan banyak terimaksih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, serta masih banyak kekurangan dan kesalahannya. oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kamiharapkan
demikesempurnaan makalah ini. Dan mudah-mudahan makalah ini dapat mendorong
kita untuk lebih giat dalam proses menimba ilmu dengan sebaik-baiknya. Amin
yarobbal’alamin...
Pangkalpinang, September
2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
judul..........................................................................................................................i
Kata
pengantar........................................................................................................................ii
Daftar
isi.................................................................................................................................iii
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan
Penulisan...............................................................................................................2
1.4 Manfaat
............................................................................................................................2
BAB
2 PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1 Proses statifikasi sosial dan sifat
alamiah sosial dalam kelas sosial dan ke kelompok
sosial.................................................................................................................................3
2.2 Kategoris isi dan pengukuran
kelas sosial,gaya hidup dan kelas sosial .........................8
2.3 peran
kelas sosial dan segmentasi pasar,klasifikasi kelompok ......................................11
2.4 klasifikasi
kelompok dan kepemilikan kelompok dalam kelas sosial dan kelompok
sosial................................................................................................................................20
2.5 Kelompok
referensi dan pengaruh kelompok
referensi..................................................22
BAB
3
PENUTUP.................................................................................................................25
3.1
Kesimpulan......................................................................................................................25
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengertian
perilaku konsumen adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam
mencari,membeli,menggunakan,mengevaluasi dan mengabaikan produk,jaasa atau ide
yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya
dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Kelas-kelas
sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat , yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai ,
minat dan perilaku yang serupa. Kelas dan kelompok sosial bukan ditentukan oleh
satu faktor tunggal , seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lain.
Kelas
dan Kelompok sosial didefinisikan sebagai suatu strata ( lapisan ) orang-orang
yang berkedudukan sama dalam kontinum ( rangkaian kesatuan ) status sosial.
Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang yang
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memiliki kedudukan sosial yang kurang
lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada pada
suatu lapisan yang kurang lebih sama pula.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses statifikasi sosial dan sifat
alamiah sosial dalam kelas sosial dan ke kelompok sosial?
2. Bagaimana kategoris isi dan
pengukuran kelas sosial,gaya hidup dan kelas sosial?
3. Bagaimana
peran kelas sosial dan segmentasi pasar,klasifikasi kelompok ?
4. Bagaimana
klasifikasi kelompok dan kepemilikan kelompok dalam kelas sosial dan kelompok
sosial ?
5. Kelompok
referensi dan pengaruh kelompok
referensi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memenuhi persyaratan dalam mata kuliah
perilaku konsumen yaitu tugas kelompok.
2. Agar mahasiswa dapat menjadikan
pelajaran yang tersirat dalam makalah
Perilaku Konsumen.
3. Agar mahasiswa dapat memahami dan lebih mendalami
sifat-sifat dari pada perilaku konsumen dalam keadaan apapun.
1.4 Manfaat
1. Mengetahui dan mendeskripsikan sifat
perilaku konsumen lebih rinci dan mudah di mengerti.
2. Dapat mengaplikasikan hal-hal yang
telah dipelajari dalam makalah yang kami buat.
3. para pembaca lebih memahami dan
jelas apa,bagiman dan bagian-bgaian dari perilaku konsumen.
4. Mengetahui kebutuhan dan
keinginan konsumen yang berbeda-beda dalam keadaan apapun.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Bagaimana proses statifikasi sosial dan sifat alamiah sosial dalam kelas
sosial dan ke kelompok sosial?
A.
Statifikasi Sosial
1.
Pengertian Statifikasi Sosial
Dalam
masyarakat di mana kamu tinggal, kamu dapat menjumpai orang-orang yang termasuk
golongan kaya, sedang, dan miskin. Penggolongan tersebut menunjukkan bahwa di
dalam masyarakat terdapat tingkatan-tingkatan yang membedakan antara manusia
yang satu dengan manusia yang lain.
Dalam
sosiologi, pengelompokan masyarakat berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu
itu disebut dengan stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial atau pelapisan
sosial secara umum dapat diartikan sebagai pembedaan atau pengelompokan anggota
masyarakat secara vertikal. Stratifikasi sosial merupakan gejal sosial yang
sifatnya umum pada setiap masyarakat. Bahkan pada zaman Yunani Kuno,
Aristoteles (384–322 SM) telah menyatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara
selalu terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat,
dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Setelah kamu memahami pengertian
stratifikasi sosial secara umum, kini cobalah untuk menyimak pendapat beberapa
ahli tentang stratifikasi sosial.
a. Pitirim
A. Sorokin
Stratifikasi
sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
(hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat.
Setiap lapisan itu disebut dengan strata sosial. Ditambahkan bahwa stratifikasi
sosial merupakan ciri yang tetap pada setiap kelompok sosial yang teratur.
Lapisanlapisan di dalam masyarakat memang tidak jelas batasbatasnya, tetapi
tampak bahwa setiap lapisan akan terdiri atas individu-individu yang mempunyai
tingkatan atau strata sosial yang secara relatif adalah sama.
b. P.J.
Bouman
Stratifikasi
sosial adalah golongan manusia dengan ditandai suatu cara hidup dalam kesadaran
akan beberapa hak istimewa yang tertentu dan karena itu menuntut gengsi
kemasyarakatan.
c. Soerjono
Soekanto
Stratifikasi
sosial adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda
secara vertikal.
d. Bruce J.
Cohen
Stratifikasi
sosial adalah sistem yang menempatkan seseorang sesuai dengan kualitas yang
dimiliki dan menempatkan mereka pada kelas sosial yang sesuai.
e. Paul B.
Horton dan Chester L. Hunt
Stratifikasi
sosial adalah sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
2. Ukuran sebagai Dasar Pembentukan Stratifikasi
Sosial
Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya “Setangkai Bunga Sosiologi”
menyatakan bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan
sendirinya pelapisan sosial akan terjadi. Ukuran atau kriteria yang menonjol
atau dominan sebagai dasar pembentukan stratifikasi social adalah ukuran
kekayaan, kekuasaan dan wewenang, kehormatan, serta ilmu pengetahuan.
a. Ukuran
kekayaan
adalah
kepemilikan harta benda seseorang dilihat dari jumlah dan materiil saja.
Biasanya orang yang memiliki harta dalam jumlah yang besar akan menempati
posisi teratas dalam penggolongan masyarakat berdasarkan kriteria ini.
b. Ukuran
kekuasaan dan wewenang
adalah
kepemilikan kekuatan atau power seseorang dalam mengatur dan menguasai sumber
produksi atau pemerintahan. Biasanya ukuran ini dikaitkan dengan kedudukan atau
status social seseorang dalam bidang politik.
c. Ukuran
kehormatan
dapat diukur
dari gelar kebangsawanan atau dapat pula diukur dari sisi kekayaan materiil.
Orang yang mempunyai gelar kebangsawanan yang menyertai namanya, seperti raden,
raden mas, atau raden ajeng akan menduduki strata teratas dalam masyarakat.
d. Ukuran
ilmu pengetahuan,
artinya
ukuran kepemilikan seseorang atau penguasaan seseorang dalam hal ilmu
pengetahuan. Kriteria ini dapat pula disebut sebagai ukuran kepandaian dalam
kualitas. Berdasarkan ukuran ini, orang yang berpendidikan tinggi, misalnya
seorang sarjana akan menempati posisi teratas dalam stratifikasi sosial di
masyarakat.
Secara luas,
kriteria umum penentuan seseorang dalam stratifikasi sosial adalah sebagai
berikut.
a. Kekayaan
dalam berbagai bentuk yang diketahui oleh masyarakat diukur dalam kuantitas
atau dinyatakan secara kualitatif.
b. Daya guna
fungsional perorangan dalam hal pekerjaan.
c. Keturunan
yang menunjukkan reputasi keluarga, lamanya tinggal atau berdiam di suatu
tempat, latar belakang rasial atau etnis, dan kebangsaan.
d. Agama
yang menunjukkan tingkat kesalehan seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya.
e. Ciri-ciri
biologis, termasuk umur dan jenis kelamin.
Stratifikasi
sosial di dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
perkembangan masyarakat dan dapat pula secara sengaja ditentukan oleh
masyarakat itu sendiri.
a.
Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya
Beberapa
ukuran yang digunakan untuk menempatkan seseorang dalam strata tertentu pada
stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya di antaranya adalah sebagai
berikut.
1)
Kepandaian seseorang atau kepemilikan ilmu pengetahuan.
2) Tingkat
umur atau aspek senioritas.
3) Sifat
keaslian.
4) Harta
atau kekayaan.
5)
Keturunan.
6) Adanya
pertentangan dalam masyarakat.
Contoh
stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya adalah pada masyarakat kerajaan, di
mana orang yang masih keturunan raja akan menempati lapisan yang tertinggi.
b.
Stratifikasi Sosial yang Sengaja Disusun untuk Mengejar Tujuan Tertentu
Stratifikasi
sosial yang sengaja disusun untuk mengejar tujuan-tujuan tertentu biasanya
berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang dalam suatu organisasi formal
(resmi), seperti birokrasi pemerintah, universitas, sekolah, partai politik,
perusahaan, dan lain sebagainya.
Dalam
stratifikasi sosial yang sengaja disusun terdapat berbagai cara untuk
menentukan atau menetapkan kedudukan seseorang dalam strata tertentu, antara
lain sebagai berikut.
1) Upacara
peresmian atau pengangkatan.
2) Pemberian
lambang atau tanda-tanda kehormatan.
3) Pemberian
nama-nama jabatan atau pangkat.
4) Sistem
upah atau gaji berdasarkan golongan atau pangkat.
5) Wewenang
dan kekuasaan yang disertai pembatasanpembatasan dalam pelaksanaannya.
3. Faktor Pendorong Terciptanya Stratifikasi Sosial
Beberapa
kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial dalam masyarakat
adalah sebagai berikut.
a. Perbedaan
ras dan budaya. Ketidaksamaan ciri biologis, seperti warna kulit, latar
belakang etnis, dan budaya telah mengarah pada lahirnya stratifikasi dalam
masyarakat. Dalam hal ini biasanya akan terjadi penguasaan grup yang satu
terhadap grup yang lain.
b. Pembagian
tugas dalam hampir semua masyarakat menunjukkan sistem pembagian tugas yang
bersifat spesialisasi. Posisi-posisi dalam spesialisasi ini berkaitan dengan
perbedaan fungsi stratifikasi dan kekuasaan dari order sosial yang muncul.
c.
Kejarangan. Stratifikasi lambat laun terjadi, karena alokasi hak dan kekuasaan
yang jarang atau langka. Kelangkaan ini terasa apabila masyarakat mulai
membedakan posisi, alatalat kekuasaan, dan fungsi-fungsi yang ada dalam waktu
yang sama. Jadi, suatu kondisi yang mengandung perbedaan hak dan kesempatan di
antara para anggota dapat menciptakan stratifikasi.
Sementara
itu, Koentjaraningrat mengatakan ada tujuh hal yang dapat mengakibatkan atau
melahirkan stratifikasi social dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.
a. Kualitas
dan kepandaian.
b. Kekuasaan
dan pengaruhnya.
c. Pangkat
dan jabatan.
d. Kekayaan
harta benda.
e. Tingkat
umur yang berbeda.
f. Sifat
keaslian.
g. Keanggotaan
kaum kerabat kepala masyarakat.
Menurut Max
Webber, pelapisan sosial atau stratifikasi social ditandai dengan adanya
beberapa hal berikut ini.
a. Persamaan
dalam hal peluang untuk hidup atau nasib. Peluang untuk hidup masing-masing
orang ditentukan oleh kepentingan ekonomi yang berupa penguasaan barang serta
kesempatan
memperoleh penghasilan dalam kehidupan.
b. Dimensi
kehormatan, maksudnya manusia dikelompokkan dalam kelompok-kelompok berdasarkan
peluang untuk hidup yang ditentukan oleh ukuran kehormatan. Persamaan
kehormatan status terutama dinyatakan melalui persamaan gaya hidup.
c. Kekuasaan
yang dimiliki. Kekuasaan menurut Webber adalah suatu peluang bagi seseorang
atau sejumlah orang untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui suatu
tindakan komunal, meskipun mengalami pertentangan dari orang lain yang ikut
serta dalam tindakan komunal tersebut.
4.Proses Stratifikasi
Sosial
Sistem lapisan dalam masyarakat
terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan masyarakat yang bersangkutan.
Akan tetapi, lapisan atau stratifikasi sosial ini dapat terjadi dengan sengaja
yang disusun untuk tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan masyarakat tanpa
disengaja, seperti tingkat kepandaian seseorang, usia, dekatnya hubungan
kekerabatan dengan orang yang dihormati, atau mungkin harta yang dimiliki
seseorang, bergantung pada masyarakat yang bersangkutan dalam memegang nilai
dan norma sosial, sesuai dengan tujuan masyarakat itu sendiri. Stratifikasi
sosial yang dibentuk dengan sengaja, berhubungan dengan pembagian kekuasaan dan
wewenang secara resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti organisasi
pemerintahan, partaipolitik, militer, dan organisasi sosial lain yang dibentuk
berdasarkan tingkat tertentu. Sistem pelapisan sosial ini sengaja dibentuk
untuk mencapai tujuan tertentu.
Stratifikasi sosial yang terdapat
pada masyarakat dapat menyangkut pembagian uang, tanah, kehormatan, dan
bendabenda yang memiliki nilai ekonomis. Uang dapat dibagi secara bebas di
antara anggota suatu organisasi berdasarkan kepangkatan dan ukuran senioritas,
tanpa merusak keutuhan organisasi yang bersangkutan. Bahkan, apabila dalam
suatu sistem pemerintahan, kekuasaan, dan wewenang tidak lagi dibagi secara
teratur sesuai dengan ukuran stratanya, akan menimbulkan kekacauan yang memecah
keutuhan masyarakat dan secara tidak langsung memecah keutuhan suatu negara.
Menurut Soekanto, semua manusia
dapat dianggap sederajat, tetapi sesuai dengan kenyataan kehidupan dalam
kelompok-kelompok sosial, tidaklah demikian. Perbedaan atas lapisan-lapisan
pada masyarakat, merupakan gejala yang universal yang merupakan bagian dari
sistem sosial setiap masyarakat. Pada masyarakat kecil dan homogen dapat
dikatakan hampir tidak terdapat pelapisan sosial. Adapun masyarakat yang heterogen
seperti di perkotaan, memperlihatkan kecen derungan menuju ke arah stratifikasi
yang lebih banyak dan kompleks, sebab dasar dari stratifikasinya adalah
pembagian kerja. Penilaian ditinjau dari segi peranan yang berhubungan dengan
jenis pekerjaannya dalam memenuhi kepentingan masyarakat nya yang didasarkan
atas penilaian biologis dan kebudayaan.
Robin William J.R. menyebutkan pokok
pedoman tentang proses terjadinya stratifikasi sosial pada masyarakat, yaitu
sebagai berikut.
- Sistem stratifikasi sosial mungkin berpokok pada
sistem pertentangan yang terjadi pada masyarakat sehingga menjadi objek
penyelidikan.
- Sistem stratifikasi sosial dapat dianalisis dalam
ruang lingkup unsur-unsur, yaitu sebagai berikut.
1) Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, misalnya
penghasilan, kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju angka kejahatan), wewenang.
2) Sistem pertentangan yang diciptakan masyarakat
(prestise dan penghargaan).
3) Kriteria sistem pertentangan yaitu apakah
didapatkan berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat, hak
milik, wewenang, atau kekuasaan.
4) Lambang-lambang kedudukan, misalnya tingkah laku,
cara ber pakaian, bentuk rumah, keanggotaan dalam suatu organisasi formal.
5) Mudah sukarnya berubah kedudukan.
6) Solidaritas di antara individu
atau kelompok sosial yang menduduki status sosial yang sama dalam sistem
sosial, seperti: a) pola-pola interaksi (struktur clique dan anggota keluarga);
b) kesamaan atau perbedaan sistem kepercayaan, sikap, dan nilai; c) kesadaran
akan status masing-masing; d) aktivitas dalam organisasi secara kolektif.
B. Sifat Alamiah Kelas Sosial
Dilihat dari
sifatnya, kita mengenal dua sistem stratifikasi sosial, yaitu sistem
stratifikasi sosial tertutup dan system stratifikasi sosial terbuka.
a. Stratifikasi
Sosial Tertutup (Close Social Stratification)
Sistem
stratifikasi sosial tertutup ini membatasi atau tidak memberi kemungkinan
seseorang untuk pindah dari suatu lapisan ke lapisan sosial yang lainnya, baik
ke atas maupun ke bawah. Dalam sistem ini, satu-satunya jalan untuk masuk
menjadi anggota dari suatu strata tertentu dalam masyarakat adalah dengan
kriteria kelahiran. Dengan kata lain, anggota kelompok dalam satu strata tidak
mudah untuk melakukan mobilitas atau gerak sosial yang bersifat vertikal, baik
naik maupun turun. Dalam hal ini anggota kelompok hanya dapat melakukan
mobilitas yang bersifat horizontal.
Salah satu
contoh sistem stratifikasi sosial tertutup adalah sistem kasta pada masyarakat
Bali. Di Bali, seseorang yang sudah menempati kasta tertentu sangat sulit,
bahkan tidak bisa pindah ke kasta yang lain. Seorang anggota kasta teratas
sangat sulit untuk pindah ke kasta yang ada di bawahnya, kecuali ada
pelanggaran berat yang dilakukan oleh anggota tersebut.
b.
Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification)
Sistem
stratifikasi sosial terbuka ini memberi kemungkinan kepada seseorang untuk
pindah dari lapisan satu ke lapisan yang lainnya, baik ke atas maupun ke bawah
sesuai dengan kecakapan, perjuangan, maupun usaha lainnya. Atau bagi mereka
yang tidak beruntung akan jatuh dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya. Pada
sistem ini justru akan memberikan rangsangan yang lebih besar kepada setiap
anggota masyarakat, untuk dijadikan landasan pembangunan dari sistem yang
tertutup.
Dengan kata lain, masyarakat dengan sistem pelapisan social yang bersifat terbuka ini akan lebih mudah melakukan gerak mobilitas sosial, baik horizontal maupun vertikal. Tentu saja sesuai dengan besarnya usaha dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk mencapai strata tertentu. Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat terbuka didorong oleh beberapa faktor berikut ini.
1) Perbedaan Ras dan Sistem Nilai Budaya (Adat Istiadat)
Perbedaan ini menyangkut warna kulit, bentuk tubuh, dan latar belakang suku bangsa. Perbedaan ini mem-
2) Pembagian Tugas (Spesialisasi) Spesialisasi ini menyebabkan terjadinya perbedaan fungsi stratifikasi dan kekuasaan dalam suatu sistem kerja kelompok.
3) Kelangkaan Hak dan Kewajiban
Apabila pembagian hak dan kewajiban tidak merata, maka yang akan terjadi adalah kelangkaan yang menyangkut stratifikasi sosial di dalam masyarakat.
1.2
Bagaimana kategoris isi dan pengukuran kelas
sosial,gaya hidup dan kelas sosial?
A.
Kategoris
isi dan pengukuran kelas sosial
Ø Kategoris
isi
Kategori
isi kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki,yang berkisara dari status rendah sampai status
yang tinggi. Dengan demikian,para anggota kelas tertentu merasa para anggota
kelas sosial lainyamempunyai status yang lebih tinggi atau lebih yang lebih
rendah dari pada mereka.krena itu,bagi kebanyakan orang,penggolongan sosial
berarti orang tersebut sama dengan mereka ( dalam kelas sosial yang sama
),superior dibanding mereka ( kelas sosial yang lebih tinggi ),maupun inferior
dibandingkan mereka ( kelas sosial yang
lebih rendah ).
Ø Pengukuran
kelas sosial
Pendekatan
yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakp dalam berbagai kategori
yang luas berikut ini :
1. Ukuran
subyektif
Dalam
pendekatan subyektif untuk mengukurkelas sosial,para individudiminta untuk menaksirkan
kedudukan kelas sosialmereka masing-masin,klasifikasi keangotaan kelas sosial
yangdihasilkan didasarkan pada persepsi partisipasi terhadap dirinya atau citra
diri partisipasi. Kelas sosial dianggap sebagai fenomenayang menggambarkan rasa
memiliki atau mengindetifikasi dengan orang lain. Ukuran keanggotaan sosialyang
subyektif cenderung menghasilkan berlimpahnya orang yang menggolongkan diri
sebagai lkelas menengah.
2. Ukuran
reputasi
Para
sosiolog telah menggnakan pendekatan reputasi untuk memeperoleh pengertian yang
lebih baikmengenai struktur masyarakat tertentu yang sedang dipelajari.
Tetapi,para peneliti konsumen lebih tertarik pada ukuran kelas sosial lebih
tertarik pada ukuran kelas sosial untuk memahami pasar dan perilaku konsumn
dengan lebih baik. Sesuai dengan tujuan yang lebih terfokus ini,pendekatan
reputasi telah terbukti tidak dapat dipergunakan.
3. Ukuran
obyektiff
Berbeda
dengan metode subyektif dan metode reuputasi,yang mengharuskan orang memimpikan
kedudukan para anggota masyarakat lainya,ukuran obyektif terdiri dari berbagai
variabel demografis atau sosioekonomis yang dipilih mengenai para individu yang
sedang di pelajari. Semua variabel ini diukur melalui kuesioner yang
berisibeberapa prtanyaan faktual kepada para responden mngenai diri mereka
sendiri,keluarga atau tempat tinggal mereka. Ketika memilih ukuran obyektif
kelas sosial,kebanyakan penelitian lebuh menyukai satuatau beberapa variabel
berikut ini,pekerjaan,jumlah penghasilan,dan pendidikan. Ukurn subyektif kelas
sosial terbagi menjadi dua kategori pokok yaitu :
v Indeks
varible tunggal
Indeks
variabel tunggal hanya menggunakan satu variabel sosial ekonomi untuk menilai
keanggotaan kelas sosial. Beberapa dari variabel yang digunakan untuk tujuan
ini bahas berikut ini :
ü Pekerjaan
ü Pendidikan
ü Penghasilan
ü Variabel
lain
v Indeks
variabel gabungan
Indeks
gabungan secara sistematis menggabungkan sejumlah faktor sosial ekonomi untuk
membentuk satu ukuran kelas sosial secara menyeluruh. Indeks tersebut sangat
menarik bagi para peneliti konsumenkarena dapat menggambarkan dengan lebih
kompleks kelas sosial di bandingkan indeks variabel tunggal.
Dua
diantara indeks gabungan yang lebih penting
adalah indeks karakteristik status dan skor status social ekonomi.
ü Indeks
karakteristik status
Ukuran
kelas sosial yang klasik adalah ukuran tertimbang dari berbagai variabel sosial
ekonomi berikut,pekerjaan,sumber penghasilan,model rumah,dan daerah tempat
tinggal.
ü Skor
status social ekonomi
Ukuran
kelas sosial ini yang menggabungkan antara tiga variabel sosial ekonomi dasr
yaitu,pekerjaan,keluaraga,dan tingkat pendidikan.
B.
Gaya
hidup dan kelas sosial
Ø Gaya
hidup
Gaya
hidup adalah bagian dari kebutuhan
sekunder manusianyang bisa berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang
untuk mengubah gaya hidupnya. Istilah gay hidup pada awalnya dibuat oleh
pisikolog Austria,Afraid Alder,pada tahun 1961.
Menurut
Kolter ( 2000:89 ) adalah pola hidup seseorang di dunia yang dikspresikan dalam
aktivitas,minat,dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “ keseluruhan diri seseorang
“ dalam berinteraksi egan lingkungannya.
Sehingga
dapt disimpulkan,gaya hidup adalah pola hidup seseorang dimna terdapat titik
temu antara kebutuhan ekspersi diri dengan harapan suatu kelomok tertentu yang
diekspresikan dalam aktivita,minat dan opininya. Tak ayal gaya hidup
dijadikanidentitas kelompok. Gaya hidup setiap kelomopk memiliki akan mempunyai
ciri khas tesendiri. Sehingga,gaya hidup suatu masyarakat berbeda dengan
masyarakat lainnya.
Ø Kelas
sosial
Adapun definisi dari kelas sosial menurut
para ahli sosiologi ialah :
·
Pitrim A.Sorokin yang dimaksud dengan
keassosial adalah “ pembedan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas
secara bertingkat ( hierarchis ). Dimana perwujudannya adalah lapisan-lapisan
ataukelas-kelas tini,sedang,atauapun kelas-kelas yang rendah”.
·
Peter Beger mendeinisikan kelas sebagai
konsep kelas yang dikaitkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat dalam
berdasarkan kriteria ekonomi. Apabila semakin tinggi prekonomian seseorang maka
semakin ingi juga kedudukannya,dan bagi mereka perekonomiannya bagus
( berkecukupan ) termaksud kategori kelas
menengah (high class ) sebaliknya bagi mereka yang perekonomiannya cukup atau
rang ,termaksud kategori kelas menengah ( middle class ) dan kelas bawah (
lower class ).
Kesimpulannya kelas sosial pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat,yang mana terjadi pembedaan
kelas dalm masyarakat terebut didasrkan pada faktor
ekonomi,pendidikan,danketerkaitan status ( jabatan ) seorang anggota keluarga dengan
status anggota keluarga yang lain,bilamana jabatan kepala keluarga naik,maka
status anggota keluarga yang lain ikut naik.
Faktor-faktor yang mempengruhi kelas sosial terdapat 3
bagian :
ü Kekayaan
dan penghasilan
Diperoleh
dari pekerjan profesional lebih berfungsi dari pada penghasilan yang berwujud
upah pekerjan kasar
ü Pekerjaan
Merupakan
aspek kelas sosial yang penting,karena begitu banyak segi kehidupan lainnya
yang berkaitan dengan pekerjaan.
ü Pendidikan
Hal
yang sangat berpengaruh terhadap lahirnya kelas sosial dimasyarakat,hal ini
disebabkan karna apabila seseorang mendapatkan pendidikan yang tinggi maka
memerlukan biaya dan motivasi yang besar,kemudian jenis dan tingirendahnya
pendidikann juga mempengaruhi jenjang kelas sosial.
1.3 Bagaimana peran kelas sosial dan segmentasi
pasar,klasifikasi kelompok
A. Peran Kelas Sosial
a. Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status
(kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah
laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat
dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan, Contoh:Achieved Status
adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja.
kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah
laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat
dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan, Contoh:Achieved Status
adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja.
Contoh: kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan
guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb.
- Dalam rumah tangga, tidak ada peranan Ayah jika seorang suami tidak mempunyai anak.
- Seseorang tidak bisa memberikan surat Tilang (bukti pelanggaran) kalau dia bukan polisi.
- Dalam rumah tangga, tidak ada peranan Ayah jika seorang suami tidak mempunyai anak.
- Seseorang tidak bisa memberikan surat Tilang (bukti pelanggaran) kalau dia bukan polisi.
Peranan merupakan hal yang sangat penting bagi
seseorang, karena dengan peranan yang dimilikinya ia akan dapat mengatur
perilaku dirinya dan orang lain. Seseorang dapat memainkan beberapa peranan
sekaligus pada saat yang sama, seperti seorang wanita dapat mempunyai peranan
sebagai Konflik peranan timbul ketika seseorang harus memilih salah satu
diantara peranannya misalnya sebagai ibu atau sebagai karyawan kantor.
b. Konflik Peranan Konflik peranan timbul apabila
seseorang harus memilih peranan dari dua atau lebih status yang
dimilikinya. Pada umumnya konflik peranan timbul ketika seseorang dalam keadaan tertekan, karena merasa dirinya
tidak sesuai atau kurang mampu melaksakan peranan yang diberikan masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia tidak
melaksanakan peranannya dengan ideal/sempurna.
dimilikinya. Pada umumnya konflik peranan timbul ketika seseorang dalam keadaan tertekan, karena merasa dirinya
tidak sesuai atau kurang mampu melaksakan peranan yang diberikan masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia tidak
melaksanakan peranannya dengan ideal/sempurna.
Contoh: Ibu Tati sebagai seorang ibu dan guru di suatu
sekolah. Ketika puterinya sakit, ia harus memilih untuk
masuk mengajar atau mengantarkan anaknya ke dokter. Pada saat ia memutuskan membawa anaknya ke dokter, dalam
dirinya terjadi konflik karena pada saat yang sama dia harus berperanan sebagai guru mengajar dikelas
isteri, ibu, karyawan kantor sekaligus
1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
Contoh: Sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan dan suri teladan para anggotanya, karena dalam diri pemimpin tersebut tersandang aturan/norma-norma yang sesuai dengan posisinya.
2. Peranan merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat.
Contoh: seorang ulama, guru dan sebagainya, harus bijaksana, baik hati, sabar, membimbing dan menjadi panutan bagi para muridnya.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi truktur sosial masyarakat.
Contoh: Suami, isteri, karyawan, pegawai negeri, dsb, merupakan peranperan dalam masyarakat yang membentuk struktur/susunan masyarakat.
8. Fungsi Peranan Sosial
Peranan memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain. Fungsi tersebut antara lain:
1. Peranan yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan kelangsungan struktur masyarakat, seperti peran sebagai ayah atau ibu.
2. Peranan yang dimainkan seseorang dapat pula digunakan untuk membantu mereka yang tidak mampu dalam masyarakat. Tindakan individu tersebut memerlukan pengorbanan, seperti peran dokter, perawat, pekerja sosial, dsb.
masuk mengajar atau mengantarkan anaknya ke dokter. Pada saat ia memutuskan membawa anaknya ke dokter, dalam
dirinya terjadi konflik karena pada saat yang sama dia harus berperanan sebagai guru mengajar dikelas
isteri, ibu, karyawan kantor sekaligus
1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
Contoh: Sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan dan suri teladan para anggotanya, karena dalam diri pemimpin tersebut tersandang aturan/norma-norma yang sesuai dengan posisinya.
2. Peranan merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat.
Contoh: seorang ulama, guru dan sebagainya, harus bijaksana, baik hati, sabar, membimbing dan menjadi panutan bagi para muridnya.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi truktur sosial masyarakat.
Contoh: Suami, isteri, karyawan, pegawai negeri, dsb, merupakan peranperan dalam masyarakat yang membentuk struktur/susunan masyarakat.
8. Fungsi Peranan Sosial
Peranan memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain. Fungsi tersebut antara lain:
1. Peranan yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan kelangsungan struktur masyarakat, seperti peran sebagai ayah atau ibu.
2. Peranan yang dimainkan seseorang dapat pula digunakan untuk membantu mereka yang tidak mampu dalam masyarakat. Tindakan individu tersebut memerlukan pengorbanan, seperti peran dokter, perawat, pekerja sosial, dsb.
B.Segmentasi pasar
Segmentasi pasar merupakan pembagian kelompok pembeli
yang memiliki perbedaan kebutuhan, karakteristik, ataupun perilaku yang berbeda
di dalam suatu pasar tertentu. Segmentasi pasar bisa juga diartikan sebagai
pengidentifikasian analisis perbedaan para pembeli di pasar.
Segmentasi pasar menurut Philip Kotler dan Gary
Amstrong adalah pembagian sebuah pasar menjadi beberapa kelompok
pembeli yang berbeda. Segmentasi pasar dapat dimaksudkan sebagai pembagian
pasar yang berbeda-beda (heterogen) menjadi kelompok-kelompok pasar yang
homogen, di mana setiap kelompoknya bisa ditargetkan untuk memasarkan suatu
produk sesuai dengan kebutuhan, keinginan, ataupun karakteristik pembeli yang
ada di pasar tersebut.
Ada beberapa syarat segmentasi yang efektif, yaitu:
·
Dapat diukur (measurable)
Ukuran, daya beli, dan profil pasar harus dapat diukur
dengan tingkat tertentu.
·
Dapat dijangkau (accessible)
Segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
·
Cukup besar (substantial)
Segmentasi pasar cukup besar atau cukup memberi laba yang
dapat dilayani. Suatu segmen merupakan kelompok homogen yang cukup bernilai
untuk dilayani oleh progam pemasaran yang sesuai.
·
Dapat dibedakan (differentiable)
Differentiable berarti
segmen tersebut dapat dibedakan dengan jelas.
·
Dapat dilaksanakan (actionable)
Actionable berarti
segmen tersebut dapat dijangkau atau dilayani dengan sumber daya yang dimiliki
perusahaan.
Manfaat
Segmentasi Pasar
Begitu luasnya karakteristik yang terdapat di pasar, maka
segmentasi pasar perlu dilakukan, berikut adalah manfaat dan tujuan secara
lebih detail:
1. Pasar lebih mudah dibedakan
Sangat sulit bagi perusahaan untuk terus-menerus
mengikuti selera konsumen yang selalu berkembang di keadaan pasar yang
heterogen. Oleh karenanya perusahaan cenderung mencari kelompok konsumen yang
sifatnya homogen agar lebih mudah untuk memahami selera konsumen, agar produk
yang dihasilkan perusahaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen sehingga produk yang dibuat pun dapat diterima dengan baik oleh
konsumen.
2. Pelayanan lebih baik
Ada empat hal penting yang diinginkan oleh konsumen dalam
memenuhi kebutuhannya, yaitu kualitas, harga, pelayanan, dan ketepatan waktu.
Namun dari keempat hal penting itu, pelayanan merupakan hal yang paling
dominan. Sedang harga dan kualitas seringkali menjadi nomor dua dibanding pelayanan.
Oleh karena itu segmentasi pasar harus dilakukan agar bisa memberikan pelayanan
yang mengarah dan tepat kepada pasarnya.
3. Strategi pemasaran lebih terarah
Dengan melayani pasar yang sifatnya homogen, maka dalam
merencanakan strategi pemasaran, penyusunan bauran pemasaran (marketing mix)
yang meliputi produk, harga, distribusi, dan promosinya dapat lebih terarah dan
lebih tajam.
4. Menemukan peluang baru
Perusahaan yang memiliki pemahaman atas segmen pasar yang
baik tentunya akan sampai pada titik di mana ia menemukan peluang, meski
peluang yang ditemukan tidak selalu besar.
5. Faktor penentu desain
Dengan adanya pemahaman terhadap kebutuhan segmen-segmen
pasar, maka pemasar dapat mendesain produk sesuai dengan kebutuhan segmen
tersebut dan desain yang dibuat pun lebih responsif terhadap kebutuhan pasar.
6. Strategi komunikasi lebih efektif
Komunikasi bisa menjadi efektif apabila komunikator tahu
persis siapa komunikan yang diajak berkomunikasi olehnya; apa kesukaan,
kebiasaan, latar belakang, dan lain sebagainya. Dalam hal ini perusahaan
sebagai komunikator akan berkomunikasi dengan cara yang berbeda-beda dan
melalui media yang berbeda pula yang disesuaikan kepada segmen pasar yang
ditergetnya.
7. Melihat kompetitor dengan segmen yang sama
Dengan mengetahui siapa yang menjadi segmen bagi sebuah
perusahaan, tentunya perusahaan itu juga bisa melihat apabila ada
perusahaan-perusahaan lain (perusahaan kompetitor) yang menawarkan produk /
jasa yang sama, yang juga menargetkan segmen pasar yang sama dengan yang
ditargetnya, dan kegiatan apa saja yang dilakukan perusahaan-perusahaan
kompetitor itu untuk merebut perhatian pasar dalam usaha memenuhi kebutuhan
segmen pasar tersebut.
8. Evaluasi target dan rencana bisnis
Setelah mengetahui siapa dan bagaimana karakteristik
segmen pasar yang ditarget, maka perusahaan bisa melakukan evaluasi atas
efektif tidaknya kegiatan pemasaran yang sudah dilakukan selama periode
tertentu, apakah sudah sesuai dengan karakteristik pasar yang ditargetnya, dan
juga perusahaan bisa mempelajari apa yang lebih dan kurang dari strategi yang
sudah berjalan, untuk dibuat perencanaan bisnis selanjutnya di depan.
Prosedur
melakukan Segmentasi Pasar
Dalam mengidentifikasi segmen pasar, ada tiga tahap
prosedur yang harus dilakukan, yakni:
1. Tahap Survey
Pada tahap ini dilakukan wawancara kepada target segmen
pasar untuk mendapatkan pemahaman terhadap sikap, motivasi, dan perilaku
konsumen. Wawancara bisa dalam bentuk kuesioner, di mana data kuesioner yang
terkumpul bisa dijadikan informasi atas atribut-atribut yang dibutuhkan.
2. Tahap Analisis
Di tahap ini, data yang mengandung variabel-variabel
berkorelasi tinggi dibuang, kemudian dilakukan analisis kelompok untuk
menghasilkan jumlah maksimum segmen yang berbeda.
3. Tahap Pembentukan
Di tahap ini dibentuklah kelompok berdasarkan perbedaan
sikap, perilaku, demografis, psikologis, psikografis, dan pola media. Dari
sifat dominan yang ditemukan pada kelompok tersebut, diberikanlah nama profil
pada kelompok segmen itu.
Jenis-jenis Segmentasi Pasar
Dalam pengadaan segmentasi pasar, maka pembagiannya
dibagi berdasarkan sembilan kategori:
1. Segmentasi Pasar berdasarkan Geografi
Pada segmentasi ini, pasar dibagi ke dalam beberapa
bagian geografi seperti negara, wilayah, kota, dan desa. Daerah geografi yang
dipandang potensial dan menguntungkan akan menjadi target operasi perusahaan.
2. Segmentasi Pasar berdasarkan Demografi
Pada segmentasi ini pasar dibagi menjadi
kelompok-kelompok dengan dasar pembagian usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi,
dan tingkat pendidikan.
3. Segmentasi Pasar berdasarkan Psikografi
Segmentasi psikografi menelaah bagaimana konsumen dengan
segmen demografi tertentu merespon suatu stimuli pemasaran.
4. Segmentasi Pasar berdasarkan Sociocultural
Sebagai dasar lebih lanjut untuk segmentasi pasar,
segmentasi sosiokultural yang memiliki variabel sosiologis (kelompok) dan
antropologis (budaya) dibagi dalam segmen yang sesuai tahap pada:
·
Daur
hidup keluarga
·
Kelas
sosial
·
Budaya
dan sub budaya
·
Lintas
budaya atau segmentasi pemasaran global
5. Segmentasi Pasar berdasarkan hubungan secara
ekstrim
Merupakan bentuk efektif segmentasi bagi penggunaan
merek, seperti:
·
Tingkat
penggunaan: beda segmentasi terletak pada pengguna berat, pengguna sedang, dan
pengguna ringan. Bukan pengguna sebuah produk, jasa, atau merek khusus.
·
Tingkat
kesadaran: kesadaran konsumen pada produk, kesiapan membeli produk, atau apakah
konsumen membutuhkan informasi tentang produk tersebut.
·
Loyalitas
merek: Loyalitas konsumen pada merek dijadikan perusahaan sebagai identifikasi
karakteristik konsumen di mana mereka bisa langsung menjadi pendukung promosi
ke orang dengan karakteristik yang sama namun dengan populasi yang lebih besar.
6. Segmentasi berdasarkan situasi penggunaan
Kesempatan atau situasi bisa menentukan apakah konsumen
akan membeli atau mengkonsumsi. Segmentasi ini dibuat untuk membantu perusahaan
memperluas penggunaan produk.
7. Segmentasi berdasarkan benefit
Bentuk segmentasi yang mengklasifikasikan pembeli sesuai
dengan menfaat berbeda yang mereka cari dari produk merupakan bentuk segmentasi
yang kuat. Sebuah studi yang melakukan pengujian apakah yang mengendalikan
preferensi konsumen terhadap micro atau craftbeer, teridentifikasi lima
keuntungan strategic brand, yaitu:
·
Fungsional
(contoh kualitas)
·
Nilai
uang
·
Manfaat
sosial
·
Manfaat
emosi positif
·
Manfaat
emosi negatif
8. Segmentasi hybrid
Segmen ini dibentuk berdasarkan kombinasi beberapa
variabel segmen yang membentuk sebuah segmen tunggal. Sebagai contoh segmen
geodemografis, sangat berguna untuk menemukan prospek terbaik bagi seorang
pengiklan atau pemasar dalam menemukan kepribadian, tujuan, dan ketertarikan
dan diisolasikan di mana mereka hidup.
9. Segmentasi Pasar berdasar Tingkah Laku
Segmentasi ini dikelompokkan berdasarkan pengetahuan,
sikap, penggunaan, atau reaksi pembeli terhadap suatu produk.
C. Klasifikasi Kelompok Sosial
1.
Klasifikasi kelompok sosial menurut cara
terbentuknya
a.
Kelompok semu yaitu kelompok sosial yang
terbentuk secara spontan , tidak direncanakan, dan tidak terorganisir. Karena
cara terbentuknya tersebut, diantara anggotanya biasanya tidak terjadi
interaksi secara terus menerus, tidak ada kesadaran berkelompok, serta
kehadirannya tidak konstan.
Kelompok semu dibagi menjadi tiga :
1.
Kerumunan ( crowd ) adalah sekelompok
individu yang kebanyakan tidak saling mengenal yang berkumpul disuatu tempat
untuk mengerubungi sesuatu. Contoh : kerumunan orang yang melihat konser musik.
2.
Massa adalah kerumunan orang sengaja
dikumpulkan disuatu tempat dan memiliki satu tujuan dimana anggotanya memiliki
kesadaran diri renda dan tidak dapat bergerak secara terorganisir. Contoh :
Massa yang berkumpul untuk berdemo memprotes kebijakan pemerintah.
3.
Publik adalah masyarakat luas yang tidak
terikat oleh ruang dan waktu. Publik terbentuk karena ada perhatian yang sama
yang disatukan oleh alat-alat komunikasi. Contoh : Orang-orang pendengar siaran
radio atau saluran televisi.
2.
Kelompok nyata salah satu cirinya adalah
kehadirannya selalu konstan.
Kelompok nyata diklasifikasikan menjadi 4 jenis :
a.
Kelompok statistik yaitu kumpulan individu
yang dikategorikan dalam kelompok tertentu oleh para ilmuan untuk kepentingan
perhitungan statistik penduduk. Contoh : Penggolongan penduduk berdasarkan
kelompok umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain.
b.
Kelompok kemasyarakatan yaitu kelompok
sosial yang terbentuk karena adanya kesadaran akan kesamaan para anggotanya.
Namun belum tentu terjadi kontak atau komunikasi
. Pengertian
kelas sejalan dengan pengertian lapisan tanpa harus membedakan dasar pelapisan
masyarakat tersebut.
c.
Kelas antar anggota kelompok dan tidak ada organisasi dalam kelompok sosial jenis ini. Contoh : Kelompok yang memiliki kesamaan jenis kelamin ( laki-laki/perempuan ), ras,agama, kelompok kaya dan miskin.
Kelas antar anggota kelompok dan tidak ada organisasi dalam kelompok sosial jenis ini. Contoh : Kelompok yang memiliki kesamaan jenis kelamin ( laki-laki/perempuan ), ras,agama, kelompok kaya dan miskin.
d.
Kelompok sosial. Dalam kelompok sosial
sudah terdapat kesadaran kelompok dan komunikasi dan kontak intens, sudah
terdapat kesadaran kelompok dan komunikasi antar anggotanya, namun tidak
terdapat organisasi kelompok. Contoh : Kelompok teman, keluarga , keagamaan,
dll.
e.
Kelompok asosiasi sudah dijumpai kesadaran
kelompok antar anggotanya, adanya saling komunikasi , dan adanya kepentingan
bersama yang hendak dicapai anggotanya. Antar anggota dalam kelompok ini juga
terikat dalam sebuah organisasi formal. Contoh : Organisasi-organisasi profesi
seperti Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI ), Ikantan Dokter Indonesia (
IDI ), Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ), dan organisasi –
organisasi politik formal lainnya.
A.
Klasifikasi Kelompok sosial berdasarkan
sudut pandang
1.
In Group adalah kelompok dimana seorang
individu mengidentifikasikan dirinya atau merasa menjadi anggota dari kelompok
tersebut.
2.
Out Group adalah kelompok yang berada
diluar keanggotaan seorang individu atau kebalikan dari in group.
B.
Kelompok Sosial Paguyuban dan Patembayan
1.
Paguyuban
( Gemeinschaft ) memiliki ciri-ciri utama yaitu bersifat intim (dekat) ,
privat (pribadi), dan eksklusif (hanya melibatkan dua pihak tanpa pihak
ketiga). Dasar pembentikannya terdiri dari tiga macam, yaitu karena ikatan
darah (blood), tempat tinggal (place), dan karena kesamaan pikiran (mind).
Contoh : Kelompok keluarga, kekerabatan, masyarakat desa, dan teman bermain.
2.
Patembayan ( Gesellschaft ) kelompok ini
lebih bersifat semu dibandingkan dengan kelompok paguyuban. Hubungan
antaranggota dalamkelompok ini cenderung lebih bersifat jangka pendek
(sementara) berdasarkan kontrak-kontrak tertentu, hanya terikat secara lahiriah
tanpa adanya ikatan batin (tidak intim), serta para anggotanya berhubungan
secara resmi berdasarkan hubungan timbal balik. Contoh : Sistem kepengurusan
pada sebuah perusahaan modern.
C.
Kelompok Sosial Sekunder dan Primer
1.
Kelompok Primer
Sifat utama kelompok ini adalah hubungan
antaranggotanya yang akrab,informal, personal dan total. Contoh : Keluarga dan
klik (kelompok bermain/geng)
2.
Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder adalah kelompok sosial yang
anggota-anggotanya berhubungan secara formal, impersonal, segmental,
(terpisah-pisah), dan berdasarkan azas manfaat. Contoh : Komite sekolah, PGRI,
TNI, dan kelompok profesi formal lainnya.
1.4 kepemilikan kelompok dalam kelas sosial dan
kelompok sosial
Pemilik Kelompok dalam Kelas Sosial dan Kelompok Sosial
Berdasarkan
karakteristik Stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas
atau golongan dalam masyarakat. Istilah kelas memang tidak selalu memiliki arti
yang sama, walaupun pada hakekatnya mewujudkan sistem kedudukan yang pokok
dalam masyarakatSosial atau Golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih
banyak dipakai untuk menunjukkan lapisan sosial yang didasarkan atas
kriteria ekonomi.Jadi, definisi Kelas Sosial atau Golongan Sosial
ialah:Sekelompok manusia yang menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria
ekonomi.
Pengaruh
dari adanya kelas sosial terhadap perilaku konsumen begitu tampak dari
pembelian akan kebutuhan untuk sehari-hari, bagaimana seseorang dalam membeli
akan barang kebutuhan sehari-hari baik yang primer ataupun hanya sebagai
penghias dalam kelas sosial begitu berbeda. Untuk kelas sosial dari status yang
lebih tinggi akan membeli barang kebutuhan yang bermerek terkenal, ditempat
yang khusus dan memiliki harga yang cukup mahal. Sedangkan untuk kelas sosial
dari status yang lebih rendah akan membeli barang kebutuhan yang sesuai dengan
kemampuannya dan ditempat yang biasa saja. Adapun yang merupakan ukuran kelas
sosial dari konsumen yang dapat diterima secara luas dan mungkin merupakan
ukuran kelas sosial terbaik terlihat dari pekerjaan, pendidikan dan
penghasilan.
Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya
perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota
masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan
seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang
rendah.
Contoh :
Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.
Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.
Pengertian
Kelompok
Agar
memberi pengertian yang jelas tentang kelompok, berikut ini diawali dengan
proses pertumbuhan kelompok itu sendiri.
Individu
sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang menurut A. Maslow dikenal
sebagai:
-
Kebutuhan fisik
-
Kebutuhan rasa aman
-
Kebutuhan kasih sayang
-
Kebutuhan prestasi dan prestise, serta
-
Kebutuhan untuk melaksanakan sendiri.
Di
lain pihak, individu memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut di
atas, namun potensi yang ada pada individu yang bersangkutan terbatas sehingga
individu harus meminta bantuan kepada individu lain yang sama-sama hidup satu
kelompok.
Dalam
keadaan seperti itu, individu berusaha mengatasi kesulitan yang ada pada
dirinya melalui prinsip escapism, artinya salah satu bentuk pelarian diri
dengan mengorbankan pribadinya dan mempercayakan pada orang lain yang menurut
pendapatnya memiliki sesuatu yang tidak ada pada dirinya. Bentuk penyerahan
diri seperti ini mengakibatkan timbulnya perasaan perlunya kemesraan di dalam
kehidupan bersama. artinya, individu tidak dapat hidup tanpa kerja sama dengan
individu lain.
Bentuk
kelompok seperti keluarga, regu kerja, atau regu belajar merupakan contoh
konkret dan kelompok-kelompok tersebut saat ini mendapat tempat yang baik di
dalam masyarakat yang semakin kompleks.
Dengan
keadaan seperti di atas, beberapa ahli mencoba memberi pengertian apa yang
disebut kelompok.
-
W.H,Y Sprott
memberikan pengertian kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan
yang lain.
H.
Smith menguraikan: “kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu,
yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas
dasar kesatuan persepsi.”
Klasifikasi
Kelompok
Kelompok
dapat diklasifikasikan menjadi empat dikotomi
Kelompok
Primer versus Kelompok Sekunder
Kelompok
primer adalah kelompok sosial dimana hubungan antar anggotanya bersifat pribadi
dan berlangsung lama. Anggota-anggota kelompok itu terikat oleh kesetiaan yang
kuat, dan biasanya mereka melakukan kegiatan bersama, menghabiskan waktu
bersama dan merasa bahwa mereka saling mengenal satu sama lain dengan baik.
Kelompok
sekunder merupakan kelompok social yang besar dan tidak bersifat pribadi,
berdasarkan atas kesukaan dan kegiatan yang sama. Hubungan kerap kali
berlangsung singkat.
Kelompok
Formal versus Kelompok Informal
Kelompok
formal terdiri dari anggota-anggota kelompok yang berinteraksi menurut struktur
yang baku. Kelompok informal terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai
tujuan, pengalaman, kesukaan dan kegiatan yang sama. Dalam kelompok informal tidakada
struktur maupun pembagian wewenang dan kekuasaan yang baku.
Kelompok
Besar versus Kelompok Kecil
Kelompok
social yang besar dengan sendirinya akan memberlakukan aturan yang harus
diikuti untuk menjaga kestabilan kelompok itu. Dalam kelompok besar interaksi
antar anggotanya tidak seerat kelomok kecil, diman boleh dikatakan bahwa
anggota kelompok kecil mengenal anggota yang lain, lebih baik daripada para
anggotakelompok yang lebih besar.
Kelompok
yang Mensyaratkan Keanggotaan versus Kelompok Simbolik
Seseorang
harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk menjadi anggota dalam kelompok yang
pertama. Keanggotaan dalam kelompok ini mengakibatkan seseorang menyerap
nilai-nilai kelompok, mengembangkan sikap-sikap tertentu dan juga berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai dan sikap itu. Kelompok simbolis tidak mensyaratkan
seseorag untuk menjadi anggota, walaupun orang itu bisa saja menyerap
nilai-nilai, dan sikap-sikap tertentu, bahkan berperilaku sesuai dengan
kelompok simbolis tersebut. Kelompok simbolis bersifat tidak nyata.
1.5. Kelompok Referensi dan Pengaruh Kelompok Referensi
A. Kelompok Referensi (Kelompok Acuan)
Kelompok
rujukan/acuan (reference group) adalah kelompok yang digunakan sebagai alat
ukur (standar) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Grup
referensi melibatkan satu atau lebih orang yang dijadikan sebagai dasar
pembanding atau titik referensi dalam membentuk tanggapan afeksi dan kognisi
serta meyatakan perilaku seseorang. Grup referensi ukurannya beragam (dari satu
hingga ratusan orang), dapat memiliki bentuk nyata (orang sebenarnya), atau tak
nyata dan simbolik ( eksekutif yang berhasil atau bintang olahraga). Grup
referensi seseorang dapat berasal dari kelas sosial, subbudaya, atau bahkan
budaya yang sama atau berbeda
Jenis grup referensi itu tediri dari:
1.
Contactual
Group adalah kelompok yang mensyaratkan keanggotaan dan merupakan
kelompok di mana konsumen terus beraktivitas bersama dengan para anggota
kelompok yang lain.
2.
Disclaimant
group adalah kelompok yang menolak satu ide maupun produk , seperti misalnya
yayasan kanker yang menolakkonsumsi rokok dan mempengaruhi anggota masyarakat
umumuntuk tidak mengkonsumsi rokok.p suatu produk.
3.
Aspirational
group adalah kelompok tanpa keanggotaanyang mempengaruhi konsumen untuk
bersifat positif terhadap satu produk. Misalnya, model iklan yang mempengaruhi
konsumen untuk membeli.
4.
Avoidance
group adalah kelompok tanpa keanggotaan yang dengan sengaja menghindar dari
produk. Misalnya, vetsin diberitakan merusak kesehatan dan menyebabkan kanker,
oleh karena itu para ibu rumah tangga menghindari pemakaian vetsin.
Jenis Kelompok Referensi :
Sumarwan (2003) menggolongkan kelompok referensi berdasarkan posisi dan fungsinya:
1. Kelompok Formal, yaitu kelompok yang memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaannya terdaftar secara resmi. Contohnya, Serikat Pekerja Indonesia, Universitas dll.
2. Kelompok Informal, yaitu kelompok yang tidak memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaannya tidak terdaftar secara resmi. Contohnya, kelompok bermain futsal, kelompok arisan dll.
3. Kelompok Aspirasi, yaitu kelompok yang memperlihatkan keinginan untuk mengikuti norma, nilai, maupun perilaku dari orang lain yang dijadikan kelompok acuan. Anggota kelompok aspirasi tidak harus menjadi anggota dalam kelompok referensinya, atau antar anggota aspirasi tidak harus menjadi anggota kelompok referensinya dan saling berkomunikasi. Contoh, anak-anak muda yang mengikuti gaya berpakaian para selebriti Korea atau Amerika.
4. Kelompok Disosiasi, yaitu seseorang atau kelompok yang berusaha menghindari asosiasi dengan kelompok referensi.
Sumarwan (2003) menggolongkan kelompok referensi berdasarkan posisi dan fungsinya:
1. Kelompok Formal, yaitu kelompok yang memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaannya terdaftar secara resmi. Contohnya, Serikat Pekerja Indonesia, Universitas dll.
2. Kelompok Informal, yaitu kelompok yang tidak memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaannya tidak terdaftar secara resmi. Contohnya, kelompok bermain futsal, kelompok arisan dll.
3. Kelompok Aspirasi, yaitu kelompok yang memperlihatkan keinginan untuk mengikuti norma, nilai, maupun perilaku dari orang lain yang dijadikan kelompok acuan. Anggota kelompok aspirasi tidak harus menjadi anggota dalam kelompok referensinya, atau antar anggota aspirasi tidak harus menjadi anggota kelompok referensinya dan saling berkomunikasi. Contoh, anak-anak muda yang mengikuti gaya berpakaian para selebriti Korea atau Amerika.
4. Kelompok Disosiasi, yaitu seseorang atau kelompok yang berusaha menghindari asosiasi dengan kelompok referensi.
Penerapan Konsep Kelompok Acuan Pada Promosi
Ada tiga jenis daya tarik utama kelompok acuan yang biasa digunakan dalam
kiat-kiat pemasaran :
1.
Selebritis
: pada umumnya orang terpesona melihat orang kaya, sukses terkenal, dan mereka
bisa terkenal karena cantik/ganteng dan mempunyai keahlian tertentu. Mereka
mempengaruhi pengagumnya dalam hal cara berpikir, apa yang dibeli, digunakan, ditonton,
dimaka, diminum, didengarkan, dan dalam kegiatan dimana mereka terlibat.
2.
Ahli
atau pemimpin pendapat : mereka adalah orang-orang yang pendapatnya mengenai
suatu produk tertentu dituruti oelh orang-orang yang kurang tahu tentang produk
tersebut.
3.
Orang
biasa : konsumen yang berpengalaman menggunakan produk, seperti disebutkan
sebelumnya, akan dituruti pendapatnya oleh calon konsumen. Konsumen juga lebih
mudah untuk mengidentifikasikan dirinya terhadap orang biasa yang digunakan di
iklan. Rinso menggunakn kiat ini dalam mempromosikan produknya.
B.
Pengaruh
Kelompok Referensi
Menurut Hawkins et al. (2007), terdapat tiga pengaruh
kelompok referensi, yaitu:
1. Pengaruh informasional (Informational influence) terjadi ketika seorang individu menggunakan perilaku dan pendapat anggota KR sebagai sumbangan informasi yang sangat berguna.
2. Pengaruh normatif (normative influence), kadang-kadang merujuk pada pengaruh utilitarian (utilitarian influence), terjadi ketika individu memenuhi ekspektasi kelompok untuk mendapat reward langsung untuk menghindari sanksi.
3. Pengaruh Identifikasi (Identification influence), juga disebut value-expressive influence, terjadi ketika individu telah mengalami internalisasi nilai dan norma grup.
Dan terdapat tiga cara yang disampaikan oleh Engel et al. (1994), yaitu:
1. Pengaruh Utilitarian (Normatif)
Pengaruh kelompok referensi dapat diekspresikan melalui tekanan untuk tunduk pada norma kelompok; oleh karena itu lazim mengacu pada pengaruh normatif. Contohnya, ketika seorang individu memenuhi harapan kelompok untuk mendapatkan hadiah langsung atau menghindari hukuman.
2. Pengaruh Nilai-ekspresif
Kelompok rujukan juga dapat melaksanakan fungsi nilai-ekspresif, di mana suatu kebutuhan akan hubungan psikologis dengan suatu kelompok tampak jelas dengan penerimaan norma, nilai, atau perilaku kelompok tersebut dan respons penyesuaian diri dibuat, walaupun tidak ada motivasi untuk menjadi seorang anggota. Sederhananya adalahketika seorang individu kelompok menggunakan norma dan nilai-nilai dianggap sebagai panduan bagi sikap mereka sendiri atau nilai-nilai.
3. Pengaruh Informasi
Konsumen kerap menerima opini orang lain sewaktu memberikan bukti yang dapat dipercaya dan dibutuhkan mengenai realitas. Perilaku dan pendapat kelompok referensi digunakan sebagai berguna potongan informasi yang berpotensi.
1. Pengaruh informasional (Informational influence) terjadi ketika seorang individu menggunakan perilaku dan pendapat anggota KR sebagai sumbangan informasi yang sangat berguna.
2. Pengaruh normatif (normative influence), kadang-kadang merujuk pada pengaruh utilitarian (utilitarian influence), terjadi ketika individu memenuhi ekspektasi kelompok untuk mendapat reward langsung untuk menghindari sanksi.
3. Pengaruh Identifikasi (Identification influence), juga disebut value-expressive influence, terjadi ketika individu telah mengalami internalisasi nilai dan norma grup.
Dan terdapat tiga cara yang disampaikan oleh Engel et al. (1994), yaitu:
1. Pengaruh Utilitarian (Normatif)
Pengaruh kelompok referensi dapat diekspresikan melalui tekanan untuk tunduk pada norma kelompok; oleh karena itu lazim mengacu pada pengaruh normatif. Contohnya, ketika seorang individu memenuhi harapan kelompok untuk mendapatkan hadiah langsung atau menghindari hukuman.
2. Pengaruh Nilai-ekspresif
Kelompok rujukan juga dapat melaksanakan fungsi nilai-ekspresif, di mana suatu kebutuhan akan hubungan psikologis dengan suatu kelompok tampak jelas dengan penerimaan norma, nilai, atau perilaku kelompok tersebut dan respons penyesuaian diri dibuat, walaupun tidak ada motivasi untuk menjadi seorang anggota. Sederhananya adalahketika seorang individu kelompok menggunakan norma dan nilai-nilai dianggap sebagai panduan bagi sikap mereka sendiri atau nilai-nilai.
3. Pengaruh Informasi
Konsumen kerap menerima opini orang lain sewaktu memberikan bukti yang dapat dipercaya dan dibutuhkan mengenai realitas. Perilaku dan pendapat kelompok referensi digunakan sebagai berguna potongan informasi yang berpotensi.
Faktor yang Mempengaruhi
Kekuatan Pengaruh Kelompok Acuan (referensi)
Besar kecilnya pengaruh yang dibrikan oleh kelompok acuan terhadap perilaku individu biasanya tergantung dari sifat-sifat dasar individu, produk yang ditawarkan, juga pada faktor-faktor social yang spesifik.
a. Informasi tentang produk dan pengalaman menggunakan produk tersebut Seseorang yang telah pengalaman langsung dengan produk atau jasa, memperoleh informasi lengkap tentang hal itu, mungkin dipengaruhi oleh saran atau contoh orang lain. Dalam iklan hampir selalu ditampilkan bahwa si sumber komunikasi, yang adalah kelompok acuan, memang sudah pernah menggunakan/mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan dan mereka puas.
b. Kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan kelompok acuan. Sebuah kelompok acuan yang dianggap kredibel, menarik, atau kuat dapat menginduksi sikap konsumen dan perubahan perilaku. Sebagai contoh, ketika konsumen memperhatikan dengan memperoleh informasi yang akurat tentang kinerja atau kualitas suatu produk atau jasa, mereka akan dipengaruhi oleh orang-orang yang mereka anggap sebagai orang yang terpercaya dan berpengetahuan.
c. Sifat produk yang menonjol secara visual atau verbal. Produk yangmenonjol secara visual maupun verbal adalah produ-produk yang dikonsumsi didepan umum dan juga produk yang ekslusif seperti barang-barang mewah.
d. Dampak kelompok acuan terhadap produk dan pilihan merek, terutama yang meyangkut reward power dan social power Di beberapa kasus, untuk beberapa produk, kelompok acuan mungkin kelompok acuan dapat mempengaruhi kategori produk baik seseorang dan pilihan merek (atau tipe). Seperti produk yang disebut produk plus, merek barang plus. Di kasus yang lain, kelompok acuan mempengaruhi hanya produk kategori keputusan.
e. Besar kecilnya risiko yang dipersepsi konsumen bila dia menggunakan produk tersebut. Semakin besar resiko yang dipersepsi, semakin besar pengaruhkelompok acuan yang sengaja dicari. Orang yang ingin membeli mobil akan bertanya dan terus mencari informasikarena dia mempersepsi risiko yang tinggi (hargamahal dan dia bukan ahli mesin).
Besar kecilnya pengaruh yang dibrikan oleh kelompok acuan terhadap perilaku individu biasanya tergantung dari sifat-sifat dasar individu, produk yang ditawarkan, juga pada faktor-faktor social yang spesifik.
a. Informasi tentang produk dan pengalaman menggunakan produk tersebut Seseorang yang telah pengalaman langsung dengan produk atau jasa, memperoleh informasi lengkap tentang hal itu, mungkin dipengaruhi oleh saran atau contoh orang lain. Dalam iklan hampir selalu ditampilkan bahwa si sumber komunikasi, yang adalah kelompok acuan, memang sudah pernah menggunakan/mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan dan mereka puas.
b. Kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan kelompok acuan. Sebuah kelompok acuan yang dianggap kredibel, menarik, atau kuat dapat menginduksi sikap konsumen dan perubahan perilaku. Sebagai contoh, ketika konsumen memperhatikan dengan memperoleh informasi yang akurat tentang kinerja atau kualitas suatu produk atau jasa, mereka akan dipengaruhi oleh orang-orang yang mereka anggap sebagai orang yang terpercaya dan berpengetahuan.
c. Sifat produk yang menonjol secara visual atau verbal. Produk yangmenonjol secara visual maupun verbal adalah produ-produk yang dikonsumsi didepan umum dan juga produk yang ekslusif seperti barang-barang mewah.
d. Dampak kelompok acuan terhadap produk dan pilihan merek, terutama yang meyangkut reward power dan social power Di beberapa kasus, untuk beberapa produk, kelompok acuan mungkin kelompok acuan dapat mempengaruhi kategori produk baik seseorang dan pilihan merek (atau tipe). Seperti produk yang disebut produk plus, merek barang plus. Di kasus yang lain, kelompok acuan mempengaruhi hanya produk kategori keputusan.
e. Besar kecilnya risiko yang dipersepsi konsumen bila dia menggunakan produk tersebut. Semakin besar resiko yang dipersepsi, semakin besar pengaruhkelompok acuan yang sengaja dicari. Orang yang ingin membeli mobil akan bertanya dan terus mencari informasikarena dia mempersepsi risiko yang tinggi (hargamahal dan dia bukan ahli mesin).
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengaruh kelas dan status sosial mempunyai tujuan
untuk menganalisis pengenalan kebutuhan, proses pencarian, kriteria evaluasi,
dan pola pembelian dari berbagai kelas sosial untuk mencocokkan produk dan
komunikasi secara benar dengan kelas sosial yang aktual dan yang
dicita-citakan. Untuk memahami prilaku konsumen, sebaiknya produsen mengetahui
pula tentang kelas dan status sosial agar mengetahui apa yang diinginkan oleh
para konsumen. Makalah ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Kritik
dan saran sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih
sempurna.
Kelas dan Strata sosial dalam lingkungan masyarakat
dipandang sebagai suatu jurang pembatas antar masyarakat. Ada banyak faktor
yang mempengaruhi kelas sosial dalam masyarakat seperti kekayaan,
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, asosiasi, sosialisasi tiap individu. Oleh
karena itu para pemasar dalam membuat iklan juga harus sesuai target yang
ditujukan sehingga iklan tidak salah sasaran dan perusahaan dapat mencapai
tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Prasetijo, Ristiyanti. Dra. MBA., dan J.O.I, John Ihalauw. Prof. Ph.D.. 2005. Perilaku
Prasetijo, Ristiyanti. Dra. MBA., dan J.O.I, John Ihalauw. Prof. Ph.D.. 2005. Perilaku
o
Konsumen. Salatiga.
·
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-status-sosial-kelas-sosial-stratifikasi-diferensiasi-dalam-masyarakat
·
http://massofa.wordpress.com
·
http://html-pdf-converter.com
No comments:
Post a Comment